Minggu, 25 Oktober 2015





Suatu ketika, sebuah kapal terbesar di Indonesia sedang menjalankan pelayaran pertamanya. Semua orang berebut untuk mandapatkan tiket, maklum ini kapal pertama dan terbesar di indonesia. Karena saking asyiknya menikmati pelayaran,seorang ibu lalai menjaga anaknya yang mengakibatkan sang anak jatuh dari kapal. Semua penumpang hanya bisa menonton, si anak kecil berjuang sendirian melawan ombak, crew kapal pun tidak ada yang berani menolong. Kapten kapal lewat microphone menghimbau supaya ada yang mau menolong anak kecil tersebut sebelum meninggal di telan ombak, tetapi tidak ada yang berani, semua hanya bisa menonton, orang tua si anak hanya bisa menangis tersedu-sedu dengan penuh penyesalan.
Namun, di tengah  suasana yang tegang itu, seorang  kakek tua melompat ke laut dan menolong si anak kecil, crew kapal segera melontarkan tali ke bawah dan akhirnya si kakek berhasil menolong anak kecil tersebut dan mereka berdua berhasil di angkat ke atas kapal.
Begitu sampai di atas kapal, Kapten kapal mendatangi si kakek  pemberani memberikan pujian dan ucapan terima kasih, “Anda berani sekali, orangtua seperti andalah yang dibutuhkan oleh negara ini, dan terima kasih atas keberanian Anda, Anda telah menyelamatkan reputasi saya juga, kita akan mengadakan pesta sukuran malam ini, oh … ya, nama Anda siapa?” Si kakek menjawab dengan nada agak marah, “Amat!”
Ibu si anak kecil datang dan memeluk si kakek, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan juga pujian-pujian serta janji-janji untuk menyenangkan hati si kakek yang tetap kelihatan tidak senang dan cemberut.
Orang-orang juga bingung melihat sikap si kakek yang demikian, tetapi setiap orang memberikan selamat kepadanya dengan hati bertanya-tanya.
Malamnya pada saat pesta yang disiapkan meriah, dimulai dengan sambutan-sambutan. Pertama-tama sambutan dari Kapten kapal yang memuji-muji keberanian sang kakek, selanjutnya sambutan dari orangtua si anak kecil. Pembawa acara pun tampil,
“Para hadirin yang saya muliakan, tibalah saatnya kita mendengan sambutan dari pahlawan kita hari ini, seorang kakek pemberani yang patut kita contoh, kepada kakek amat saya persilakan maju ke depan.”
Kakek Amatpun maju ke depan, tetap dengan wajah yang semakin cemberut, di depan microphone dia diam dan memandang ke sekelilling lalu memulai sambutannya, masih tetap cemberut dan menunjukan ketidakpuasan, “Saudara-saudara, saya tidak akan panjang lebar, saya cuma mau tanya … tadi sore siapa yang ngejorokin saya dari kapal ini …?!”


EmoticonEmoticon